Oleh : Bambang Haryanto
Email : kajenku (at) gmail.com
Pesta para juara. Agustus adalah untuk rakyat dan pulau-pulau kecintaan mereka. August for the people and their favourite islands. Demikian sebuah judul puisi tahun 1936 dari penyair Inggris, W.H. Auden (1907-1973).
Judul puisi yang menarik. Bagi kita bangsa Indonesia, judul itu mungkin lumayan relevan. Karena tiap bulan kedelapan ini kita sebagai bangsa Indonesia senantiasa merayakan hari kemerdekaan kita sebagai bangsa. Terima kasih kepada Soekarno-Hatta, juga para pejuang lainnya, sebagai pendiri republik ini.
Tetapi tentang pulau-pulau favorit dari judul puisinya W.H. Auden itu, kira-kira apa relevansinya ? Tidak usah jauh-jauh. Indonesia senyatanya adalah negara kepulauan, archipelago, terbesar di dunia. Semua pulau itu menjadi favorit, menjadi kecintaan, bahkan diyakini sebagai tumpah darah warganya. Maka di bulan Agustus ini kita sebagai warga Indonesia layak untuk meneguhkan perasaan cinta itu. Cinta tanah air. Cinta bangsa. Cinta Indonesia !
Kampung Kajen, tidak ketinggalan dalam ikut menyemarakkan pesta Agustusan. Inilah bulan favorit bagi anak-anak, juga warga yang merasa memiliki semangat berkompetisi secara jujur, menjunjung sikap ksatria, untuk berprestasi dan tampil sebagai juara.
Nuansa lomba memenuhi udara. Sejak awal Agustus, selain jalan utama kampung dihiasi gapura, udara sore pun juga berbeda. Mengambil medan utama di lapangan voli dekat Belik, telah dilangsungkan beragam acara perlombaan. Dari arena ini bergema laporan pandangan mata setiap mata acara, yang disiarkan dengan pengeras suara. Acara penting lainnya, jalan santai warga mengambil tempat di kompleks SD Muhammadiyah. Daftar para juara lomba tersebut adalah :
Hasil Lomba Untuk Anak-Anak. Lomba Lari Karung : Juara 1, Fafa (Rt 01/RW XI), Juara 2, Nuraini (01/XI) dan Alfan. Lomba Memasukkan Belut Dalam Botol : Ibnu (01/XI), Yoga (02/X) dan Rian (03/XI). Lomba Ambil Koin Dalam Melon : Ibnu (01/XI), Rian (03/XI) dan Nanok. Lomba Memasukkan Bola Ke Dalam Ring : Dewa (01/XI), Ibnu (01/XI), dan Deni (01/X). Lomba Lari Karung Dilanjutkan Memasukkan Belut Dalam Botol : Ibnu (01/XI), Fafa (01/XI) dan Aldi (03/X).
Hasil Lomba Untuk Umum. Lomba Pukul Bantal Di Atas Kolam : Juara 1, Yudi ; Juara 2, Narto ; Juara 3, Dea. Lomba Lari Karung Putra : Dea, Dwi dan Rio. Lomba Lari Karung Putri : Yanti, Dian dan Tutik Giyono. Lomba Bakiak Putra : Gogek cs, Restu cs, dan Gilang cs. Lomba Bakiak Putri : Tutik Giyono cs dan Desi cs.
Lomba Sepakbola 3 on 3 Putra : Klanthang Mimis, Sukun dan RNB. Lomba Sepakbola 3 on 3 Putri : Ronaldowati, Bob Marley dan Family Fun. Lomba Lari Kampung : Nanang, Rio, dan Tito. Lomba Trethek : Banon cs (02/X), Suwarso Suwito cs (01/XI) dan Jayanti cs (01/XI).
Lomba Nyanyi Diiringi Electone : Fatiah (02/X), Atik (01/XI), Sari (01/XI). Sri Mulyaningsih (01/XI) didaulat sebagai penyanyi favorit.
Lomba Nyanyi Anak Negeri. Hari Senin Malam, 18 Agustus 2008, perhatian warga Kajen terserap ke panggung hiburan. Berlokasi di jalan masuk utama kampung ini. Dengan panggung bernuansakan rural, ada foto Bung Tomo secara heroik meneriakkan semangat perjuangan, dengan latar warna tosca dan tulisan pink, maka acara kesenian pun digelar. Yaitu lomba nyanyi dan lomba trethek.
“Ada enam puluh ribu warga memadati acara ini,” kata Heriyanto Tarsan, sang pembawa acara. Anda jangan percaya. Angkanya masih jauh dari jumlah fantastis itu. Tetapi Anda jangan ragukan semaraknya. Juga seriusnya.
Dewan juri untuk kedua jenis lomba tersebut terdiri dari Bapak Hengki (“yang kakak dari Edo Kondologit,” begitu cetus bombastis sang pembawa acara), Ibu dra. Yenny Nasution (“yang bagai bulan, dengan suara menawan”) dan Bapak Kelik Shokeh. Acara bernuansa kompetitif antarwarga itu dapat berlangsung secara santai dan meriah, berkat ramuan guyonan dan glenyengan yang akrab bagi seluruh hadirin, yang disajikan Heriyanto Tarsan.
Ia adalah sang pembawa acara segala musim. Musim kedondong, musim mangga, sampai musim duwet. Dan cocok untuk segala kegiatan dari kampung Kajen. Terutama liputan olahraga. Spesialisasinya : olahraga panjat pinang, panjat tebing dan panjat pohon mangga milik tetangga (ketika kecil dulu). Liputan foto dan catatan ringan warna-warni lainnya tersaji di bawah ini :
Hiburan untuk semua. Acara kesenian tiap Agustus, termasuk lomba tarik suara juga dimanfaatkan warga kampung Kajen untuk bersantai dan bersosialisasi. Sajian musik dangdut oleh sebagian peserta lomba senantiasa memancing sebagian pengunjung untuk berjoget bersama. Bahkan para maniak joget ini menyatakan siap menjiwai semangat 17 Agustus dan siap beraksi joget pula selama tujuh belas hari dan tujuh belas malam pula !
(Catatan : Ketularan bahasa hiperboliknya sang emcee, yakni Mas Tarsan yang sering di muka publik menyebut hadiah total bagi pemenang lomba kelas kampung Kajen dengan nilai total milyaran rupiah :-))
Sang Primadona. Fatiah, sang juara pertama lomba nyanyi diiringi electone ini memiliki vokal prima, ekspresi menawan dan keterpaduan suara yang diatas rata-rata dibanding peserta lainnya. Misalnya peserta dari kelompok senior yang sering disebut sebagai kelompok “Sepasang Mata Bola” dan “Jembatan Merah,” yaitu Ibu Margono, Ibu Nur Martoyo, Ibu Giarni dan Ibu Bawarsi.
Peserta lainnya, Edytune, Ika, Edi, Niken, Bela, Alinia, Galuh, Hayu Winarsi, Pahala, Sari, Rutin, Sri Mulyaningsih, Uci, Yuriko Novean Mahendra, Atik dan Bambang Tetuko. Malam itu, Fatiah yang putri Ibu Alam Nasution ini benar-benar menjadi sang primadona !
Apuse Campur Reog. Istilah nrethek saya dengar dari ibu saya untuk menggambarkan sesuatu keluarga yang kesulitan menyediakan kebutuhan pokok dan meminta bantuan dari tetangga. Tetapi sekarang istilah nrethek mengacu kepada sajian musik para peronda malam.
Kelompok Banon dan kawan-kawan yang menyabet juara pertama ini secara kreatif menggabungkan musik kentongan khas peronda, lagu pop, lagu rakyat Apuse, dan penonton terpesona karena juga disuguhi aksi teatrikal pemain topeng ganong yang diambil dari khasanah kesenian reog. Bener-bener komplit, Mas Banon !
Kelompok ini mengungguli peserta lain, yaitu kelompok yang dikomandani Suwarso Suwito, didukung Suharto dan maestro ronda Kajen Bapak Giyadi, juga kelompok Jayanti cs yang unik sebagi penyaji trethek karena semua anggotanya terdiri dari kaum perempuan.
Mendongkrak motivasi. Pesta ulang tahun kemerdekaan adalah pesta kita semua. Tidak terkecuali generasi muda, yang bahkan masih duduk di sekolah dasar untuk ikut berperanserta. Nampak host Heryanto Tarsan berbincang di panggung dengan peserta lomba termuda, Rutin, yang mewarisi darah Pak Madyo dan masih duduk di kelas 3 sekolah dasar. Keberaniannya untuk tampil patut memperoleh pujian dan dorongan.
Atik Yang Membara. Menggoda. Seronok. Kaya warna. Itulah tampilan juara kedua lomba nyanyi, Atik. Lengkingan suara yang lantang, terjaga dan goyang pinggul yang tak kalah hot dari penyanyi profesional, membuat malam Kajen serasa membara.
Suara kelembutan. Di tengah pesta bernuansakan kemerdekaan semua orang bebas berekspresi. Sebagaimana layaknya remaja, Sari, malam itu menyuguhkan lagu cinta yang menawan. Ia pantas memenangkan hadiah sebagai juara ketiga.
Komplit dan favorit. Dalam sehari-harinya warga Kajen tak kaget melihat mBak Sri Mulyaningsih terlibat dalam beragam kegiatan. Misalnya sebagai perangkat acara pencoblosan dalam Pilgub Jawa Tengah 2008, disamping sehari-harinya sebagai penjual beragam kudapan yang lezat di Pasar Wonogiri. Ia pun cakap dalam menyanyi dan rutin ikut lomba setiap acara Agustusan tiba. Tahun ini ia memenangkan juara sebagai penyanyi terfavorit !
Sound engineer andalan. Madonna, Sherina, Mulan Kwok sampai Kris Dayanti, boleh saja memiliki suara indah. Tetapi kalau peranti keras untuk penyajian suara mereka tidak bagus, jebloklah penyajian mereka. Acara lomba dan pagelaran musik berlangsung mulus antara lain berkat tangan dingin Bapak Suparno (foto) sebagai peƱata suara.
Sebelumnya telah dikenal sebagai tukang kayu, tukang batu, tukang listrik, pembuat pengeras suara yang mampu menyaingi teknologi Marshall atau Lansing, aktif juga sebagai tukang pijat (khusus untuk mBak Tien, bukan hendak menyaingi Mas Gito), dan multi keterampilan lainnya, walau nampaknya tidak ada bakatnya sebagai tukang santet. Pria asal Cepogo, Boyolali ini, juga dikenal sebagai tukang tolak bala andal sehingga lahar Gunung Merapi tidak sampai mengalir sampai Kajen, Wonogiri, sampai saat ini !
Sejak awal Agustus dirinya memang telah bekerja keras dalam mengatur performa peranti keras itu berhari-hari sebelumnya. Tentu saja bersama soundmaster tester yang tak kalah jeli dan andal, Bapak Eko “Testing, Testing” Winarso. Tentu saja, ikut terlibat ahli lainnya : Bapak Giyadi.
Itu tentang suara. Segi visual pertunjukan tak kalah vital. Graphic designer andalan Kajen dari Just Du It Corporation, Jumplong, telah bertanggung jawab secara berhasil dalam menata panggung pertunjukan. Demikian pula pengelolaan segala pernik administrasi kepanitiaan yang digalang oleh Bapak Haryono, Bapak Supri, Mas Sigit dan kawan-kawan, membuat segala program telah berjalan secara semestinya.
Dengan arahan Bapak Suroto sebagai Kaling Kajen, Bapak H. Oemartopo sebagai sesepuh, juga ketua panitia, Drs. Jauhari Makmuri, M.Ag, dan peran serta yang aktif dari seluruh warga, membuat kerjasama beragam keterampilan dan sumber daya warga Kajen itu membuahkan prestasi yang patut untuk dikenang, diteladani, dan menantang untuk bisa semakin ditingkatkan.
Dirgahayu, Kajenku.
Dirgahayu, Indonesiaku !
Kajen, 18-20 Agutus 2008
kkk
1 komentar:
Great blog! thank you for posting, I've bookmarked this for future reference.
ADD URL or BLOG to 6,000+ Websites for FREE
Posting Komentar